cerpen
genre : friendship
Originality by Sufirach
Persahabatan Berbeda Ras
Aku hampir
tidak menyangka, dua orang terpenting dihidupku satunya berdarah Jawa, satunya
berdarah Tiongkok. Memang, perbedaan Agama ataupun ras tidak menjadi salah satu
penghalangku untuk menyayangi dan berbagi kasih dengan siapapun. Namun
sebelumnya aku sempat menjaga jarak dengan Orang China. Dengan alasan tertentu
yang hanya aku dan Tuhan yang tahu. Aku tidak menyangka aku selalu menekankan sikap siaga setiap kali
berurusan dengan orang China, perhitungannya yang matang, komitmen tidak mau
rugi yang ia bawa, Feng shui, money oriented dan cara-caranya berbisnis yang
aku tahu sangat gesit, mengingat teman-teman ku dulu banyak yang berdarah
China. Namun, Sore ini, ada yang berbeda. Seorang pria memarkir motor M-bizz
nya dengan kwintalan beras didepan toko ku.
Jelas wajahnya dan perawakannya tidak asing lagi, om Han-Han. Aku
sumringah menyambutnya, kesan baik selalu ada setiap kali ia datang kerumah
kami. Beliau masih dalam garis keturunan tiongkok memang, akan tetapi baik sifat
dan keramahtamahannya sangat kejawaan, dan terkesan lebih ramah ketimbang orang
jawa sendiri. Tentu ada alasan… aku sendiri hampir meragukan kebaikan hatinya mengingat
dia seorang cina. Bukan SARA atau bagaimana, namun terakhir kali Ibu ku
berbisnis dan aku berteman dengan orang cina selalu meninggalan kesan yang
kurang baik. Tapi aku percaya, tidak semua orang cina seperti itu, aku punya
satu kenalan orang cina yang selalu berharap daging Qurban saat idul Adha jujur
saja saat mendengarnya aku terkekeh.
Kembali pada kisah Papa dan
Karibnya. Kalau Flashback, dulu saat keluarga kami tinggal di Sidoarjo, om Han adalah rekan bisnis Papa, mereka
membangun usaha bersama dari nol hingga omset puluhan juta perbulan kira-kira
bisnis tersebut berjalan selama 8 tahun, tepatnya homeindustry di bidang
kosmetik. Hingga akhirnya bisnis tersebut bangkrut karena suatu hal yang tidak bisa
ku jelaskan tentunya. Mereka pun menjual mesin-mesin nya kemudian pindah ke
Surabaya. Dan setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, baru kemarin om Han
kerumah kami sebagai supplier beras karung di tokoku. Padahal terakhir kali om
Han datang di rumah keluargaku di Sidoarjo, saat itu ia dan keluarganya
menggunakan mobil mewah dengan pakaian kompak warna hitam elegan.
Dan kali ini Ada rasa prihatin sekaligus bersyukur.
Saat papaku
melihatnya mengangkat 10 karung beras satu persatu, ingatan papa melayang mengingat bagaiman mudahnya Om Han dulu
meminjamkan uang ratusan Juta ke Papa. Dan sekarang harus mendapati sahabat
karibnya itu mengangkat beras untuk
papa. Dari tatapan mata Papa, aku tahu ia sedang menahan diri untuk
memeluknya. Aku hampir menitikan air
mata. “kalau tidak begini mungkin aku tidak tahu cara bersyukur, kalau tidak
begini aku tidak akan bisa menghargai rupiah dan anak istriku” begitulah kata
Om Han. Sekelebat pertanyaan memenuhi pikiranku. ‘ada apa dengan dulu ?’ cerita
demi cerita, dulu saat bisnisnya dengan papa sukses, om Han melakukan yang
kebanyakan pria ‘tidak baik’ lakukan. Oh ayolah pasti kau mengerti maksutku.
sedangkan papaku, oke ini bukan Aib lagi, mengingat ini suatu pelajaran bagi
kita semua bukan ? jadi dulu papaku seorang ‘player’ tapi itu dulu saat mereka
sama-sama berhasil. Papaku memiliki beberapa istri dan aku sudah tidak kaget.
Jelas Itulah salah satu pemicu kebangkrutan Papa. Oh Tuhan maha adil.
Satu hal yang aku salut pada
ayahku, dari semua cerita om Han, ada satu yang membuat aku bergidik, ayahku
bersepedah ke pelosok Madura untuk menjenguk om Han di penjara saat kasusnya
dulu. Sendirian… iya, ayahku sendirian. Aku tidak membayangkan, bersepedah
sejauh itu apalagi saat itu belum ada jembatan suramadu dan harus menyebrang
menggunakan Kapal. Sendirian. untuk menemui sahabat beda rasnya itu. meskipun
jam besuk yang hanya dibatasi satu atau dua jam saja . aku tidak membayangkan
apa saja yang mereka bicarakan di sel dengan batas waktu sesingkat itu. Om
Han-Han mengenang masa itu, aku melihat raut wajah kagum pada ayahku, ia bilang satu-satunya sahabat
yang membesuknya adalah Papa.
Hai Papa, aku
tahu kau tidak bisa bermain dumay, khususnya membaca blog ku satu ini. Tapi,
aku ingin semua pembaca blog ku tahu sebesar apa sayangku pada papa. Jujur, Semenjak
umurku 9 tahun aku menganggapmu sebagai pria yang paling menjijikan, paling
tidak setia dan ingin ku buang. Teringat bagaimana kau menyelingkuhi Ibuku dan
menghianati putri-putrimu. tapi mendengar cerita om Han-han beberapa hari lalu,
anggapan itu perlahan hilang dengan sendirinya. Ingin kubahagiakan papa. Ingin
ku beli kembali mesin-mesin yang pernah kau jual dulu. 400 juta. Pasti akan
kubeli! Pasti terbeli! Dan untuk om Han-Han, ingatlah om strategi bisnis yang
papa dan om han ajarkan saat aku kecil tidak akan sia-sia, aku akan
menerapkannya, merintisnya. Aku mempunyai impian bahwa nantinya aku akan merintis
usaha bersama anakmu sebagai rekan dan sahabat terbaik. Sama seperti kau dan
papaku. aku mencintai kalian berdua.
0 komentar:
Posting Komentar