Bagaimana bisa kau
menghabiskan 13 jam waktu anda sehari untuk belajar, untuk memahami pelajaran
jurusanmu saja? undang-undang, pasal,
debat, dan menjadi sempurna di hanya satu bidang? Sebelumnya saya pernah
menjadi seperti itu. pagi siang malam untuk mengerjakan perhitungan matematika
dan fisika, menghabiskan belasanjuta untuk keperluan buku dan Kursus. Dan
sekarang saat saya beranjak dewasa masa-masa itu adalah masa paling lucu
sekaligus menggelikan. Wahai kutu buku sekali-kali intiplah dunia dari sudut
yang berbeda, kini aku bahkan tidak mengijinkan bangku kuliah mengganggu
“pendidikan” ku yang sebenarnya.
“para pendiri dengan kebijaksanaan
mereka memutuskan bahwa anak-anak adalah beban tambahan bagi orang tua jadi,
mereka menyediakan penjara yang disebut Sekolah…” –John Updike-
“pendidikan adalah pabrik gema yang
dikendalikan pemerintah” –Nourman Douglas-
“secara keseluruhan, ada terlalu
banyak pendidikan…” -Albert Einstein-
Hei sahabat kutu
buku ku, ini minggu ayo tutuplah bukumu kuajak jalan sebentar kau tetap akan
bisa belajarlah lebih banyak dan bonusnya, kau akan bisa melakukan lebih.
Sekolah itu penting, namun Pembentukan karakter tidak bisa 100% kau bentuk di
bangku sekolah saja. Kata orang tua,guru dan staff kantor pendidikan
“Kecerdasan akademis itu penting” itulah penentu kalian akan kerja dimana dan
masa depan kalian bagaimana. Dan buatku “kecerdasan emosional itu lebih
penting”. Seandainya kalian ingat kasus di TV tahun lalu yakni, seorang lulusan S2 Kedokteran UI yang minta disuntik
mati oleh salah satu rumah sakit di Jakarta. Atau kasus banyaknya pelajar di
Jepang, China , dan Korea yang Bunuh diri sesaat setelah dinyatakan TIDAK LULUS
masuk perguruan tinggi. Anyway di Indonesia ada berapa?
Sekedar pengalaman
“aku menjaga toko sekitar pukul 8
pagi, seorang pria muda datang melihatku sambil tersenyum dia melihat
sekeliling dengan bingung. saat kutanya “beli apa mas” dia tidak menjawab malah
mengambil snack di depannya dan di buat mainan. Oh tertanyata Gila. Aku memandangnya
heran, kulitnya kuninglangsat, wajahnya juga cukup tampan untuk ukuran orang
gila. Seketika Seseorang wanita separo baya dengan luwes menarik tangannya
“maaf mbak anaknya agak anu” ucapnya sembari kewalahan mengatur mas-mas tadi.
“iya buk iya ndak papa” Perbincangan singkatku dengan wanita paruh baya entah
ibu atau neneknya adalah bahwa anaknya dulu seorang juara kelas yang tidak
lulus UN tahun lalu dengan “beberapa alasan yang tidak bisa disebutkan”. Oh
ternyata rumahnya berada di perumahan Elit di sebelah perkampungan ini. Dan
sejak saat itu mas-mas tadi tak pernah kelihatan lagi. Mungkin sudah sembuh dan
menjelma menjadi siluman ular raksasa yang menyerang perkampungan dengan api di
mulutnya… Kembali ke topik!
Aku tidak pernah
berniat menggurui atau apa. Aku juga pernah Depresi karena nilai anjlok,
sebenarnya saat aku belajar dengan sangat keras, sebetulnya saat itu aku sedang
menggantungkan masa depanku pada “nilai raport”. Aku percaya bahwa saat nilai
raportku A semua, maka masa depanku akan mapan, pekerjaan akan menghampiri
bla…blaa….blaaaaaaaa….. sekarang aku bahkan malu bila mengingat cara pikirku
yang sedemikian kolot.
”Aku sering belajar memahami
karakter sahabat-sahabatku di setiap jurusan, bagaimana mahasiswa jurusan seni,
sastra,budaya sangat berbeda dengan jurusan ekonomi. Cenederung berkebalikan
memang. Namun yang kusukai dari jurusan
sastra dan seni adalah adalah pemikiran mereka yang bebas, tidak ada satu
aturan pun yang bisa mengikat mereka,
kebanyakan aktivis berada di jurusan tersebut. Benar – benar berlawanan
dengan jurusan ku Ekonomi , PRIA PUN SULAM ALIS haha
gitu-gitu juga sahabatku.
Aku bold loh tulisan itu! Aku Italic juga! Underline
juga! Kalau ingin tahu jurusan ekonomi dilihat dari sudut pandangku bisa baca
artikel ku sebelumnya di blog ini “Rinduku Berlebihan Gie” gimana parkiran
kampus berubah menjadi salon kecantikan sekejap setelah liburan semesteran
dimana maba-maba berdatangan.
“Berbagi Waktu Dengan Alam , kau
akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Hakikat manusia” –SoeHG-
“tidak ada orang bebas yang tidak
menguasai dirinya” Epictetus.
Sahabtku tersayang, tercinta,
terbudiman. Bermainlah sekedar melepas lelah, bahkan bermain bisa menjadi cara
terbaik untuk belajar bukan? Teringat pada tulisan dalam buku Cashflow Quadrant
milik Robert Kiyosaki dan Sharon L. Lechter.
Penulis berkali-kali mengingatkan
berapa banyak orang sukses berpenghasilan jutaan dollar yang jarang menamatkan
pendidikannya. Buatlah kesalahan, kesalahan mengajarkan banyak pelajaran,
terlebih solusinya. Atau bahkan hukuman. Karakter kita terlihat tepat saat kita
mengatasi hukuman dan hasil yang mengecawakan. apa menangis? Depresi? Marah?
Atau bangkit dan membiarkannya sebagai suatu pelajaran berharga?
Hanya orang bodoh yang berharap
semua sesuai keinginanya.
Satu lagi kutipan favoritku
“Resiko mengarah pada kesalahan,
dan kesalahan mengarah pada kebijaksanaan dan pengetahuan”
-Robert Kiyosaki-